Sediktinya 107 tokoh di Indonesia masuk dalam daftar target pembunuhan teroris
karena dinilai memiliki hubungan dengan Yahudi. Di antara daftar itu,
Ketua Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Absar Abdhalah, Ketua Badan
Narkotika Nasional (BNN) Gories Mere, Ketua Umum Pemuda Pancasila yang juga Ketua Umum Partai Patriot Japto S Soerjosoemarno, dan musikus Ahmad Dhani termasuk di dalamnya.
Seperti dikutip dari Suara Merdeka CyberNet dabn Republika.co.id, Jumat
(18/3/2011), pengamat teroris dari Universitas Indonesia (UI), Al Chaidar, mengatakan, 107 tokoh yang masuk dalam daftar teroris tersebut terdiri dari sejumlah petiggi TNI dan Polri, politisi, dan pengusaha. Bahkan almarhum Nur Cholis Madjid juga pernah masuk daftar ini, tapi batal.
"Yang saya tahu, daftar itu sudah dibuat sejak tahun 2002," kata dia
seraya menambahkan, nama pengusaha yang masuk dalam daftar di antaranya
Tomy Winata.
Dalam dialog di Metro TV, Kamis (17/3/2011) malam, terungkap kalau Ulil telah diincar teroris sejak 2004. Selama ini memang ada indikasi kalau Ulil merupakan kaki tangan Zionis di Indonesia, karena meski beragama Islam, keponakan Abdulrahman 'Gus Dur' Wahid ini memiliki pandangan-pandangan
yang bersebrangan dengan pandangan ke-Islam-an umumnya yang berlaku di
Indonesia. Bahkan bagi kalangan Salafiyah tertentu, Ulil sudah dianggap
di luar Islam. Dan asal tahu, liberalisme merupakan salah
satu jargon yang diciptakan Perkumpulan Theosofi, perkumpulan yang
dibentuk Freemasonry pada 17 November 1875 di New York, untuk merusak
agama dan tatanan hidup masyarakat.
Parahnya, pandangan liberalis Ulil tidak hanya sebatas soal-soal pluralisme,
tetapi juga pada soal-soal kewahyuan, kenabian, dan juga tentang
ketentuan syariat yang dalam dunia Islam sudah dianggap baku. Soal
Jilbab misalnya, Ulil memiliki pandangan yang cukup radikal
bersebrangan, karena jilbab dan jubah bagi Ulil adalah syraiat
kontekstual yang berbasis pada kultur Arab, dan tidak perlu diikuti
secara mutlak oleh kultur-kultur lokal budaya kaum muslimin di belahan
bumi lain, termasuk Indonesia.
Bagi Ulil, pesan Islam atas busana Muslim adalah busana yang pantas dan
sopan, meski beberapa hadis Nabi Muhammad SAW sendiri telah memberikan
batasan yang jelas dan nyata. Pada bagian-bagian seperti inilah, Ulil,
bagi kelompok-kelompok tertentu bukan dianggap kaum intelektual muslim
yang berpikiran maju, tetapi sudah dianggap sesat.
Ulil menerima bom yang dikemas dalam sebuah buku setebal sekitar 700
halaman, pada Jumat (11/3/2011) melalui Kantor Berita Radio (KBR) 68H,
Utan Kayu, Jakarta Timur. Modusnya, si pengirim bom yang pada sampul bom
buku tersebut tertulis bernama Drs. Sulaiman Azhar, Lc dan beralamat di
Jalan Bahagia Gg Panser No. 29, Ciomas, Bogor, Jawa Barat, dalam surat
yang disertakan bersama bom itu mengaku sedang menulis buku berjudul
"Mereka Harus Dibunuh Karena Dosa-dosa Mereka Terhadap Islam dan Kaum
Muslimin", dan meminta Ulil membaca serta membuatkan kata pengantar
karena buku itu akan segera diterbitkan.
Richard, pegawai KBR 68 H, curiga dan memanggiil polisi yang segera saja
meuluncur ke lokasi dan kemudian menghubungi Tim Gegana Mabes Polri.
Namun karena Gegana tak kunjung datang, polisi membuka dan memeriksa
sendiri paket tersebut, dan meledak (selengkapnya KLIK DI SINI).
Tiga orang luka dalam kejadian ini, di antaranya Kasat Reskrim Polres
Jakarta Timur Kompol Dody Rahman yang ikut membuka dan memeriksa paket
itu. Jari lengan kiri Dody luka parah.
Gories Mere dan Japto menerima bom dalam bentuk yang sama dengan Ulil,
bom dalam bentuk buku, pada hari yang sama, yakni Jumat (11/3/2011). Bom
untuk Gories, petinggi Polri yang ikut membidani lahirnya Unit Densus
Anti Teror Mabes Polri, dikirim ke kantor BNN di Cawang, Jakarta Timur.
Bom untuk Ahmad Dhani dikirim pada Selasa (15/3/2011) namun baru dibuka
Kamis (17/3/2011). Bom dikirim ke kantor Republik Cinta Management
(RCM), studio milik Dhani yang beralamat di Pondok Indah.
Seperti halnya Ulil, modus pengirim bom juga berpura-pura sedang menulis
buku dan meminta mantan suami penyanyi Maia Istianty itu agar membaca
dan kemudian memberikan pendapatnya. Hanya saja 'buku' yang diberikan
kepada Dhani berjudul 'Yahudi Militan'.
Baik Gories, Japto maupun Dhani, lolos dari sasaran pembunuhan karena
curiga pada paket yang diterima, sehingga oleh Gegana, bom-bom itu
diledakkan ditempat aman. Bom untuk Dhani diledakkan di lahan kosong di
kawasan Pondok Indah, tak jauh dari studio dan rumahnya.
Chaidar menegaskan, para tokoh yang masuk daftar target pembunuhan
teroris tersebut dinilai sebagai orang yang punya hubungan dengan Yahudi
dan Amerika.
Menyikapi hal ini, Polri hingga kini masih terus memburu para pelaku,
namun mengalami kesulitan karena alamat serta nama-nama pengirim paket
bom buku itu ternyata palsu. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya,
Komisaris Besar Baharudin Djafar, bahkan pada Kamis (17/3/2011)
mengatakan, kalau untuk dapat mengungkap pelaku, pihaknya membuat sketsa
wajah orang-orang yang mengantarkan paket bom itu kepada para
penerimanya, serta akan memeriksa si para penerima sebagai saksi.
Seperti diberitakan VIVAnews, Jumat (18/3/2011), Dhani mengaku siap
diperiksa karena selain merasa dirugikan atas tudingan sebagai agen
Zionis, juga karena merasa keamanan dia dan keluarganya terancam.
"Kalau tidak ada saya, anak-anak nanti gimana?" ucap Dhani.
Dhani bahkan mengaku, saat diperiksa dirinya akan membawa buku yang
menuduhnya sebagai agen zionis. Buku yang dimaksud adalah buku berjudul
"Fakta-Fakta Yahudi di Indonesia".
"Sebagai bukti kalau pelaku mungkin korban dari gosip yang memfitnah
saya. Saya laporkan siapa pengarangnya, yang mengatakan saya agen
Yahudi, juga yang mengatakan saya kafir," ucap Dhani.
Tags: #TommyWinata #TomyWinata #TomiWinata
No comments:
Post a Comment