Monday, July 27, 2015

Saya ini Preman

Hasyim 'Gus Im' Wahid:
"Saya ini Preman"


Tuduhan KKN terhadap Presiden Abdurrahman Wahid semakin kencang tatkala Hasyim Wahid menjadi staf ahli Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Tetapi, Gus Im -- demikian ia kerap disapa -- tetap punya kuda-kuda menangkis semua serangan itu. Salah satu bentuk tangkisannya, dengan menunjuk keberhasilannya selama berkantor di BBPN, ia berhasil membawa sejumlah debitor nakal untuk bernegosiasi dengan BPPN, seperti Tommy Soeharto, Bambang Trihatmojo, dan Tomy Winata. "Coba lihat, mereka mau datang pada saat BPPN dipegang oleh Cacuk dan saya sebagai staf ahli khusus BPPN," kata Gus Im
Gus Im juga membantah bahwa dirinya ditempatkan oleh Gus Dur di BPPN. "Saya baik dengan Glen M Jusuf. Jadi bukan Gus Dur yang meminta saya duduk di BPPN. Bahkan saya masuknya lebih dulu daripada Cacuk," ujarnya. Salah satu kiai NU, KH Nur Muhammad Iskandar SQ, juga menyokong penunjukan Gus Im itu. Menurut dia, sebagaimana ditulis Republika, Gus Im memiliki kekuatan batin, sehingga kalau bicara selalu membuat lawan bicaranya tertarik.
Selain itu, kata Kiai Nur, Gus Im juga mempunyai ilmu hikmah dan tarikatnya kuat. "Dia itu rajin puasa dan sering tidak makan," ujar Kiai Nur. Ia berharap, kehadiran Gus Im di BPPN bisa mengembalikan utang-utang yang selama ini tidak bisa ditarik oleh negara.
Gus Im lahir di Jakarta, 47 tahun lalu. Masa kecil dan remajanya juga dihabiskan di Jakarta. Kemudian, setelah tamat SMA, ia diterima di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Tetapi, di situ ia hanya betah setengah semester saja. Lalu ia pindah ke Bandung, masuk Fakultas Teknik Kimia ITB. Namun, lagi-lagi, ia tidak betah, hanya bertahan satu semester. "Aku iki uwonge bosenan, tur gak betah sekolah (Saya ini orangnya gampang bosan, lagi pula malas sekolah)," kilahnya.
Dari sana, petualangan ayah tiga anak ini mulai beraksi. Sejak 1975, ia sudah menjadi musuh Soeharto. Ia juga kerap terlibat dalam diskusi-diskusi dengan mahasiswa. Bahkan, kabarnya, ia sempat punya kelompok diskusi di Malang -- yang kini tengah menggarap buku tentang sejarah NU di Jawa Timur.
Selain itu, ia juga kerap mengembara ke pesantren-pesantren dan belajar pada kiai-kiai sufi untuk memperdalam ilmu batin itu. Gus Im juga suka berziarah ke tempat-tempat 'sunyi', termasuk ke makam para wali. Biasanya, di tempat itu, lelaki yang suka mengoleksi barang antik seperti keris dan tombak yang mempunyai 'taji' ini, bertafakur untuk mendapatkan ilham guna memperkuat sisi spritualitasnya. Karena kelebihan-kelebihan itu, membuatnya kerap menjadi konsultan bagi orang yang bermasalah -- dan 'pasien'-nya datang dari berbagai kalangan, sipil maupun militer.
Sementara itu, pada tahun 1980-an, ia sempat terjun ke dunia bisnis, di antaranya bidang engineering. Saingannya waktu itu adalah beberapa pengusaha-pengusaha yang kini menjadi debitur BPPN, seperti Tommy Soeharto dan Salim Group. Tetapi, akunya, ia sering kalah dalam persaingan itu. "Saya sering kalah, atau tepatnya disuruh mengalah dan diberi kompensasi uang. Tapi konpensasi itu saya tolak, karena menyangkut harga diri saya," tuturnya, seperti dilaporkan Rommy Fibri dari TEMPO. Karenanya, itu adalah hal yang membuat bekas-bekas saingannya itu respek kepadanya, hingga sekarang.
Meski sempat terjun ke bisnis itu, ia mengaku bukan busnissman. "Saya ini bukan busnissman. Kakek saya kiai, bapak saya kiai, kakak saya kiai, nah, kalau saya ini preman. Saya nyeleneh sendiri dibandingkan yang lain," ujar Gus Im.
Lurus, kritis, dan blak-blakan, kesan itulah yang tertangkap dari bicaranya Gus Im. Ia tidak segan-segan mengkritik untuk sesuatu yang ia yakini mesti dikritik. Salah satu contoh, ia termasuk salah seorang yang kurang sreg dengan pergantian Laksamana Sukardi dan Jusuf Kalla beberapa waktu lalu. "Menurut saya, mestinya tidak ada yang diganti. (Kabinet) Ini kan sebuah hasil koalisi," katanya.
Dan ngomong-ngomong soal Gus Dur, ia yakin, banyak orang yang menyayangkan kalau Gus Dur diganti. "Di kalangan tentara saja, ada yang mengatakan masih mendingan Gus Dur daripada dipimpin yang lain," tukasnya. Soal kebijakan Gus Dur yang bikin orang gemes, menurut Gus Im, ada satu hal yang harus diperhitungkan, yakni keisengan kiai itu mengerjain orang lain. "Sudah dari sononya kalau dia itu jahil. Orang bilang gawan bayi. Orang mestinya melihat apa yang akan terjadi bila tanpa Gus Dur." (Mustafa Ismail) 

Tags: #TommyWinata #TomyWinata #TomiWinata

No comments:

Post a Comment