Hasyim 'Gus Im' Wahid:
"Saya ini Preman"
Tuduhan KKN terhadap Presiden
Abdurrahman Wahid semakin kencang tatkala Hasyim Wahid menjadi staf
ahli Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Tetapi, Gus Im --
demikian ia kerap disapa -- tetap punya kuda-kuda menangkis semua
serangan itu. Salah satu bentuk tangkisannya, dengan menunjuk
keberhasilannya selama berkantor di BBPN, ia berhasil membawa sejumlah
debitor nakal untuk bernegosiasi dengan BPPN, seperti Tommy Soeharto,
Bambang Trihatmojo, dan Tomy Winata. "Coba lihat, mereka mau datang
pada saat BPPN dipegang oleh Cacuk dan saya sebagai staf ahli khusus
BPPN," kata Gus Im
Gus Im juga membantah bahwa
dirinya ditempatkan oleh Gus Dur di BPPN. "Saya baik dengan Glen M
Jusuf. Jadi bukan Gus Dur yang meminta saya duduk di BPPN. Bahkan saya
masuknya lebih dulu daripada Cacuk," ujarnya. Salah satu kiai NU, KH
Nur Muhammad Iskandar SQ, juga menyokong penunjukan Gus Im itu. Menurut
dia, sebagaimana ditulis Republika, Gus Im memiliki kekuatan batin, sehingga kalau bicara selalu membuat lawan bicaranya tertarik.
Selain itu, kata Kiai Nur,
Gus Im juga mempunyai ilmu hikmah dan tarikatnya kuat. "Dia itu rajin
puasa dan sering tidak makan," ujar Kiai Nur. Ia berharap, kehadiran Gus
Im di BPPN bisa mengembalikan utang-utang yang selama ini tidak bisa
ditarik oleh negara.
Gus Im lahir di Jakarta, 47
tahun lalu. Masa kecil dan remajanya juga dihabiskan di Jakarta.
Kemudian, setelah tamat SMA, ia diterima di Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia. Tetapi, di situ ia hanya betah setengah semester
saja. Lalu ia pindah ke Bandung, masuk Fakultas Teknik Kimia ITB. Namun,
lagi-lagi, ia tidak betah, hanya bertahan satu semester. "Aku iki uwonge bosenan, tur gak betah sekolah (Saya ini orangnya gampang bosan, lagi pula malas sekolah)," kilahnya.
Dari sana, petualangan ayah
tiga anak ini mulai beraksi. Sejak 1975, ia sudah menjadi musuh
Soeharto. Ia juga kerap terlibat dalam diskusi-diskusi dengan mahasiswa.
Bahkan, kabarnya, ia sempat punya kelompok diskusi di Malang -- yang
kini tengah menggarap buku tentang sejarah NU di Jawa Timur.
Selain itu, ia juga kerap
mengembara ke pesantren-pesantren dan belajar pada kiai-kiai sufi untuk
memperdalam ilmu batin itu. Gus Im juga suka berziarah ke tempat-tempat
'sunyi', termasuk ke makam para wali. Biasanya, di tempat itu, lelaki
yang suka mengoleksi barang antik seperti keris dan tombak yang
mempunyai 'taji' ini, bertafakur untuk mendapatkan ilham guna
memperkuat sisi spritualitasnya. Karena kelebihan-kelebihan itu,
membuatnya kerap menjadi konsultan bagi orang yang bermasalah -- dan
'pasien'-nya datang dari berbagai kalangan, sipil maupun militer.
Sementara itu, pada tahun 1980-an, ia sempat terjun ke dunia bisnis, di antaranya bidang engineering.
Saingannya waktu itu adalah beberapa pengusaha-pengusaha yang kini
menjadi debitur BPPN, seperti Tommy Soeharto dan Salim Group. Tetapi,
akunya, ia sering kalah dalam persaingan itu. "Saya sering kalah, atau
tepatnya disuruh mengalah dan diberi kompensasi uang. Tapi konpensasi
itu saya tolak, karena menyangkut harga diri saya," tuturnya, seperti
dilaporkan Rommy Fibri dari TEMPO. Karenanya, itu adalah hal yang
membuat bekas-bekas saingannya itu respek kepadanya, hingga sekarang.
Meski sempat terjun ke bisnis itu, ia mengaku bukan busnissman. "Saya ini bukan busnissman. Kakek saya kiai, bapak saya kiai, kakak saya kiai, nah, kalau saya ini preman. Saya nyeleneh sendiri dibandingkan yang lain," ujar Gus Im.
Lurus, kritis, dan
blak-blakan, kesan itulah yang tertangkap dari bicaranya Gus Im. Ia
tidak segan-segan mengkritik untuk sesuatu yang ia yakini mesti
dikritik. Salah satu contoh, ia termasuk salah seorang yang kurang sreg
dengan pergantian Laksamana Sukardi dan Jusuf Kalla beberapa waktu
lalu. "Menurut saya, mestinya tidak ada yang diganti. (Kabinet) Ini kan
sebuah hasil koalisi," katanya.
Dan ngomong-ngomong soal Gus
Dur, ia yakin, banyak orang yang menyayangkan kalau Gus Dur diganti. "Di
kalangan tentara saja, ada yang mengatakan masih mendingan Gus Dur
daripada dipimpin yang lain," tukasnya. Soal kebijakan Gus Dur yang
bikin orang gemes, menurut Gus Im, ada satu hal yang harus
diperhitungkan, yakni keisengan kiai itu mengerjain orang lain. "Sudah
dari sononya kalau dia itu jahil. Orang bilang gawan bayi. Orang mestinya melihat apa yang akan terjadi bila tanpa Gus Dur."
(Mustafa Ismail)
Tags: #TommyWinata #TomyWinata #TomiWinata
No comments:
Post a Comment