Bandar
Lampung, GATRAnews - Impian 52 juta lebih warga di Pulau Sumatera
terhubung dengan Pulau Jawa melalui sebuah jembatan, bak jauh panggang
dari api. Pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang dicetuskan pada
1960 ini, urung dilakukan pada 2014 karena berbagai hal. Tika, warga
Bandar Lampung yang memimpikan dibangunnya JSS, menuturkan jika seluruh
penduduk Sumatera membutuhkan jembatan itu.
Alasannya sederhana, kondisi Pelabuhan Bakauheni di sisi Sumatera sudah
tidak layak. "Menyebrang ke Jawa nunggu 2-3 jam, antri dengan truk
sembako. Bayangkan saja, kalau ada jembatan yang terintegrasi dengan
kereta api pasti tidak akan sepayah ini," tuturnya kepada GATRAnews saat
menghadiri ekspos JSS, pekan lalu.
Perempuan yang bekerja di media cetak lokal Lampung ini, berharapn jika
kemegahan JSS sepanjang 29 kilometer dapatbmengubungkan Sumatera dan
Jawa. Terlebih diintegrasikan juga dengan moda transportasi rel, Kereta
Api (KA). Tak hanya Provinsi Lampung yang akan tumbuh pesat dengan
adanya JSS. Tetapi, sembilan provinsi lainnya akan ikut tumbuh karena
Sumatera menyumbang perekonomian nasional 22,37% dari berbagai sektor
termasuk pertambangan dan perkebunan. "Lampung itu sangat potensial,
tidak hanya kami. Sumatera Selatan banyak Batu Bara, perkebunan di kita
luas, ini yang belum tergarap maksimal dan perlu digenjot lagi,"
ujarnya.
Mimpi Tika akan Jembatan Selat Sunda (JSS) juga diamini Gubernur
Provinsi Lampung, Sjachroedin ZP. Kepada awak media dari Jakarta, ia
berkeluh kesah padatnya lalu lintas air dan udara antara Lampung dan
Banten (Jawa). Perjalannya dari Jakarta melalui udara menuju kampungnya
di Bandar Lampung harus ditempuh dalam waktu 2,5 jam.
Dua jam keterlambatan karena full traffic sedangkan jarak tempuh
sebenarnya hanya 30 menit alias setengah jam. "Ini bukti kalau Jawa dan
Sumatera perlu alternatif transportasi. Air dan udara padat dan tidak
bisa diuraikan seketika, JSS adalah solusinya. Jakarta - Lampung pakai
pesawat palingan 25 menit aslinya," ujar Sjachroedin.
Pensiunan polisi dengan pangkat Komisaris Jendral (bintang tiga) ini
menuturkan kondisi Pelabuhan Bakauheni yang over capacity. Pada 2012,
sebanyak 1.885.339 kendaraan dan akhir 2017 diperkirakan mencapai 2,9
juta unit dengan pertambahan 8,11% setiap tahunnya.
Moda transportasi yang disediakan pemerintah saat ini tidak bisa
mendukung pertumbuhan pelintas Jawa - Sumatera. Sebanyak 48 kapal feri
yang ada sudah uzur, tidak bisa memenuhi melesatnya pertumbuhan ekonomi
Lampung dan provinsi lainnya di region Sumatera.
Sjachroedin mengibaratkan, Lampung sebagai pintu gerbang Sumatera yang
tidak dirawat oleh Pemerintah Pusat. Akibat moda transportasi yang minim
pilihan, per hari Rp 60 miliar lebih menguap akibat mengantri di
Bakauheni untuk menyebrang ke Jawa.
Melalui Lampung, setiap harinya 40 - 60 ribu ton mengalir ke Pulau Jawa
untuk kebutuhan pembangkit listrik dan industri. Produk-produk lain,
seperti Kelapa Sawit, Kopra, Lada dan Kopi juga tak jarang tertahan
akibat buruknya transportasi.
Orang nomor satu di Lampung ini bahkan sempat iri kepada Jembatan
Suramadu, yang menghubungkan Pulau Jawa dan Madura. Sumatera merasa
dianaktirikan oleh pemerintah pusat. "Suramadu itu hanya menghubungkan
lima kabupaten dengan Jawa. kita 10 provinsi minta dibuatkan Jembatan
tidak ada kejelasan, ekonomi Sumatera terhadap pertumbuhan nasional
tidak sedikit, apa artinya kita ini," keluhnya kepada GATRAnews. (*/Zak)
Sumber: http://www.gatra.com/nusantara-1/sumatera-1/42585-jembatan-selat-sunda-mimpi-52-juta-warga-sumatera.html
- See more at:
http://sundastraitbridge.com/berita/siaran-pers/jembatan-selat-sunda-mimpi-52-juta-warga-sumatera/
Tags: #TommyWinata #TomyWinata #TomiWinata
No comments:
Post a Comment