TARGET, MASUK 10 BESAR DUNIA
AKHIR tahun lalu, Erick Thohir menggemparkan dunia
sepakbola internasional. Melalui konsorsium yang dibentuknya bersama
Rosan Roeslani dan Handy Soetedjo, dia menguasai sebagian besar saham
klub raksasa Italia, Internazionale Milan, dan menjadikannya sebagai
pemilik baru klub tersebut menggantikan Massimo Moratti. Pembelian ini
menjadi sorotan karena dana fantastis yang dikeluarkan mencapai sekitar
350 juta euro atau Rp5,4 triliun.
Tak tanggung-tanggung berinventasi terkait ‘mainan
baru’nya, Erick juga berencana untuk membangun stadion bagi klub
berjulukan Il Nerazzurri tersebut. Selama ini, Inter masih memakai
Stadion Giuseppe Meazza alias San Siro milik Pemerintah Kota Milan,
berbagi dengan klub rival sekota mereka AC Milan.
“Roma sudah mengumumkan pembangunan stadion baru yang akan
selesai tahun 2017. Juventus malah sudah punya. Sedangkan Inter dan AC
Milan stadionnya masih sama. Ini yang akan kita diskusikan dalam
beberapa bulan ke depan. Apakah kita mau membangun sendiri-sendiri,
sama-sama membangun, atau sama-sama stay, tapi renovasi,” ungkap Erick kepada wartawan pertengahan September lalu.
Menurutnya, soal stadion tentu tidak hanya menjadi urusan
pemilik klub. Namun, Pemerintah Kota Milan pun harus berpartisipasi.
Karena, kehadiran stadion dan klub merupakan ajang promosi terbaik bagi
kota Milan. Selain itu juga memberikan hiburan olahraga bagi masyarakat
penghuni salah satu kota mode kelas dunia, Milano, tersebut.
Keseriusan Erick, yang juga menjabat sebagai Presiden
Direktur PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), untuk membangun stadion baru
Inter Milan, mendapat angin segar setelah mendapat pinjaman jangka
panjang sebesar 230 juta euro atau sekitar Rp3,7 triliun. Seperti
dilansir Football Italia akhir Juni lalu, Goldman Sachs
bertindak sebagai pihak pengatur dalam pinjaman tersebut. Dana yang
diperoleh dari proyek pendanaan yang diinisiasi tiga petinggi Inter,
yaitu Erick, Moratti, dan Handy, rencananya akan digunakan untuk
ekspansi, mengembangkan basis pendukung klub secara internasional.
Pendanaan klub juga didukung dengan keberhasilan mencapai
kesepakatan perpanjangan kontrak dengan Nike senilai 200 juta euro, dan
kesepakatan sebesar 80 juta euro dengan Infront Sports & Media. Ia
akan menjadi sponsor untuk pemasaran klub di Eropa dan distributor jasa
perhotelan pada setiap pertandingan yang dilangsungkan di Stadion
Giuseppe Meazza.
Pengusaha Media
Erick, putra pengusaha Teddy Thohir, co owner
Grup Astra, yang dibangun almarhum William Soerjadjaja, sebetulnya lebih
dahulu dikenal di Indonesia sebagai seorang pengusaha media. Adik
Garibaldi ‘Boy’ Thohir ini mengibarkan PT Mahaka Media Tbk, yang
mengelola berbagai media cetak, seperti Harian Republika, Majalah Parents Indonesia, dan Golf Digest. Selain itu, Mahaka juga mengelola jaringan Radio Prambors, Delta FM
dan masih banyak lagi. Ini hasil perkongsiannya dengan Grup Massima
milik Sjafei Malik, pendiri Prambors Group, serta stasiun televisi Jak TV, hasil kongsi dengan Tomy Winata, bos Grup Artha Graha. Erick juga pemegang saham minoritas di TVOne milik Aburizal Bakrie.
Grup Mahaka didirikan Erick setelah menamatkan pendidikan
tinggi di Amerika, bersama Wisnu Wardhana dan R Harry Zulnardy. Grup
Mahaka membeli Harian Republika pada tahun 2001, saat berada di
ambang kebangkrutan. Dalam merintis bisnis media, dia turut mendapat
bimbingan dari bos-bos media cetak Indonesia seperti Jakob Oetama (Kompas) dan Dahlan Iskan (Jawa Pos).
Pria yang dikaruniai empat orang anak ini menjabat Presiden Direktur PT
Mahaka Media hingga 30 Juni 2008, lalu menjabat sebagai komisioner
sejak Juni 2010.
Tak hanya di bidang media, Erick juga memiliki minat
tersendiri terhadap dunia olahraga. Dia pernah menjabat sebagai Ketua
Umum Perbasi periode 2006-2010, serta Presiden SEABA (Asosiasi Bola
Basket Asia Tenggara) periode 2006-2010 dan 2010-2014. Bahkan, dia
dipercaya menjadi Ketua Kontingen Indonesia di Olimpiade London 2012.
Keterlibatan Erick dalam dunia olahraga juga terwujud di
level klub. Dia merupakan pemilik klub bola basket Satria Muda. Pada
Oktober 2011, dia melakukan investasi berani dengan membeli mayoritas
saham klub bola basket yang berlaga di kompetisi NBA, Philadelphia 76er,
bersama Jason Levien. Levien sebelumnya pernah menjabat sebagai CEO
klub NBA Memphis Grizzlies. Investasi tersebut melambungkan nama Erick
dalam dunia bisnis internasional. Handy Soetedjo pun kemudian turut
memiliki kepemilikan saham di 76ers. Antara bulan Juli dan Agustus 2013,
Thohir dan Soetedjo menjual saham mereka di klub tersebut.
Pertengahan 2012 Erick kembali melakukan gebrakan dengan
menjadi pemilik saham klub Major League Soccer, DC United, bersama
Levien. Tak terhenti dengan memiliki klub yang berbasis di Amerika
Serikat, Erick kemudian membeli Inter Milan. Inter dibeli melalui
International Sports Capital, sebuah perusahaan yang terdaftar di Hong
Kong. Thohir memiliki 51% saham perusahaan tersebut, sedangkan Rosan
Roeslani dan Handy Soetedjo masing-masing memiliki 24,5% saham. Erick
resmi menjadi Presiden Klub Inter Milan pada 15 November 2013,
menggantikan Massimo Moratti. Moratti sendiri kemudian menjadi Presiden
Kehormatan Inter Milan.
Target Besar
Dalam mengembangkan Inter Milan, Erick
memiliki target besar ‘Il Presidente’ ingin klub berjulukan Nerazzurri
tersebut kembali menjadi salah satu dari 10 klub terbaik di dunia,
bersanding dengan klub-klub macam Real Madrid, Barcelona, atau Bayern
Muenchen.
“Inilah yang menjadi keinginan saya, target saya. Saya
ingin mengembalikan kejayaan Inter Milan, menjadikan klub ini salah satu
klub terbaik di dunia,” ujar Erick.
Agar tercapai, ada beberapa cara yang dilakukan. Untuk
terus memperluas basis pendukung Inter secara internasional, tim
tersebut tak segan melakukan tur pra musim ke berbagai negara di dunia.
Langkah ini tadinya hanya dilakukan tim-tim Liga Inggris dan Liga
Spanyol, namun kini klub-klub Liga Italia pun melakukannya.
“Pengembangan Liga Italia di banyak negara sudah mulai
agresif. Tadinya, banyak klub-klub Italia yang puas bila basis pendukung
mereka sudah mantap di dalam negeri. Kini, ada upaya untuk
mengembangkan basis fans di negara lain. Kita lihat bagaimana Inter maupun AC Milan main di Amerika, Juventus main di Australia,” kata Erick.
Kebutuhan untuk mengembangkan basis pendukung semakin
dibutuhkan karena kondisi finansial di Italia sedang tidak bagus akibat
krisis ekonomi berkepanjangan di Benua Biru. Tak hanya Inter yang
berganti pemilik, klub besar lainnya seperti AS Roma yang tadinya
dimiliki keluarga Sensi, kini pindah tangan menjadi milik pengusaha asal
AS, James Palotta.
Tentunya, prestasi hal terpenting untuk mengemas sebuah
klub menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Tak heran bila kemudian
Inter mendatangkan beberapa pemain baru. Di transfer window
musim dingin Desember lalu, Inter melakukan pembelian Hernanes dan
Danilo D’Ambrosio. Musim panas ini, beberapa pemain berkarakter
direkrut, seperti bek sayap Dodo, gelandang bertahan Yann M’Villa dan
Medel, serta bek tangguh Nemanja Vidic dan striker Pablo Osvaldo.
Kebutuhan pemain baru yang berkarakter sangat dibutuhkan
mengingat Inter tidak lagi diperkuat sejumlah punggawa seniornya. Pada
akhir musim 2013/2014 lalu, (mantan) Kapten Javier Zanetti telah
menyatakan pensiun setelah membela tim ‘Nerazzurri’ dengan loyal selama
belasan musim. Para mantan kompatriot Zanetti di Inter dan tim nasional
Argentina seperti Diego Milito, Esteban Cambiasso, dan Walter Samuel,
dilepas klub karena performa mereka sudah menurun akibat faktor usia.
“Kita memang butuh pemain yang mentalnya
kuat karena Liga Italia meru-pakan salah satu liga yang tersulit di
dunia. Di Spanyol ada dua sampai tiga tim yang bersaing. Di Prancis ada
PSG, di Jerman ada Muenchen. Di Inggris juga telah mengerucut hanya
empat sampai lima tim kuat yang bersaing. Sedangkan di Italia berbeda,
ada sekitar tujuh tim dengan kekuatan yang tak jauh berbeda yang
bersaing meraih scudetto,” tutur Erick.
Pembelian pemain baru Inter, jelas Erick, mungkin tidak
seheboh yang dilakukan klub-klub Spanyol atau Inggris yang memecahkan
rekor pembelian demi mendapatkan pemain bintang. Namun, pemain yang
didatangkan memang dibutuhkan dan memiliki karakter yang sesuai dengan
tim. Baginya, yang terpenting suasana tim terjaga, prestasi pun bisa
diharapkan menyusul. Keinginan untuk menjadikan Inter kembali sebagai
salah satu ‘raja’ Eropa pun dapat tercapai.
Tags: #TommyWinata #TomyWinata #TomiWinata
No comments:
Post a Comment