Monday, July 27, 2015

TARGET, MASUK 10 BESAR DUNIA


ERICK THOHIR

TARGET, MASUK 10 BESAR DUNIA
AKHIR tahun lalu, Erick Thohir menggemparkan dunia sepakbola internasional. Melalui konsorsium yang dibentuknya bersama Rosan Roeslani dan Handy Soetedjo, dia menguasai sebagian besar saham klub raksasa Italia, Internazionale Milan, dan menjadikannya sebagai pemilik baru klub tersebut menggantikan Massimo Moratti. Pembelian ini menjadi sorotan karena dana fantastis yang dikeluarkan mencapai sekitar 350 juta euro atau Rp5,4 triliun.
Tak tanggung-tanggung berinventasi terkait ‘mainan baru’nya, Erick juga berencana untuk membangun stadion bagi klub berjulukan Il Nerazzurri tersebut. Selama ini, Inter masih memakai Stadion Giuseppe Meazza alias San Siro milik Pemerintah Kota Milan, berbagi dengan klub rival sekota mereka AC Milan. 
“Roma sudah mengumumkan pembangunan stadion baru yang akan selesai tahun 2017. Juventus malah sudah punya. Sedangkan Inter dan AC Milan stadionnya masih sama. Ini yang akan kita diskusikan dalam beberapa bulan ke depan. Apakah kita mau membangun sendiri-sendiri, sama-sama membangun, atau sama-sama stay, tapi renovasi,” ungkap Erick kepada wartawan pertengahan September lalu. 
Menurutnya, soal stadion tentu tidak hanya menjadi urusan pemilik klub. Namun, Pemerintah Kota Milan pun harus berpartisipasi. Karena, kehadiran stadion dan klub merupakan ajang promosi terbaik bagi kota Milan. Selain itu juga memberikan hiburan olahraga bagi masyarakat penghuni salah satu kota mode kelas dunia, Milano, tersebut. 
Keseriusan Erick, yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), untuk membangun stadion baru Inter Milan, mendapat angin segar setelah mendapat pinjaman jangka panjang sebesar 230 juta euro atau sekitar Rp3,7 triliun. Seperti dilansir Football Italia akhir Juni lalu, Goldman Sachs bertindak sebagai pihak pengatur dalam pinjaman tersebut. Dana yang diperoleh dari proyek pendanaan yang diinisiasi tiga petinggi Inter, yaitu Erick, Moratti, dan Handy, rencananya akan digunakan untuk ekspansi, mengembangkan basis pendukung klub secara internasional. 
Pendanaan klub juga didukung dengan keberhasilan mencapai kesepakatan perpanjangan kontrak dengan Nike senilai 200 juta euro, dan kesepakatan sebesar 80 juta euro dengan Infront Sports & Media. Ia akan menjadi sponsor untuk pemasaran klub di Eropa dan distributor jasa perhotelan pada setiap pertandingan yang dilangsungkan di Stadion Giuseppe Meazza. 

Pengusaha Media
Erick, putra pengusaha Teddy Thohir, co owner Grup Astra, yang dibangun almarhum William Soerjadjaja, sebetulnya lebih dahulu dikenal di Indonesia sebagai seorang pengusaha media. Adik Garibaldi ‘Boy’ Thohir ini mengibarkan PT Mahaka Media Tbk, yang mengelola berbagai media cetak, seperti Harian Republika, Majalah Parents Indonesia, dan Golf Digest. Selain itu, Mahaka juga mengelola jaringan Radio Prambors, Delta FM dan masih banyak lagi. Ini hasil perkongsiannya dengan Grup Massima milik Sjafei Malik, pendiri Prambors Group, serta stasiun televisi Jak TV, hasil kongsi dengan Tomy Winata, bos  Grup Artha Graha. Erick juga pemegang saham minoritas di TVOne milik Aburizal Bakrie. 
Grup Mahaka didirikan Erick setelah menamatkan pendidikan tinggi di Amerika, bersama Wisnu Wardhana dan R Harry Zulnardy. Grup Mahaka membeli Harian Republika pada tahun 2001, saat berada di ambang kebangkrutan. Dalam merintis bisnis media, dia turut mendapat bimbingan dari bos-bos media cetak Indonesia seperti Jakob Oetama (Kompas) dan Dahlan Iskan (Jawa Pos). Pria yang dikaruniai empat orang anak ini menjabat Presiden Direktur PT Mahaka Media hingga 30 Juni 2008, lalu menjabat sebagai komisioner sejak Juni 2010.
Tak hanya di bidang media, Erick juga memiliki minat tersendiri terhadap dunia olahraga. Dia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Perbasi periode 2006-2010, serta Presiden SEABA (Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara) periode 2006-2010 dan 2010-2014. Bahkan, dia dipercaya menjadi Ketua Kontingen Indonesia di Olimpiade London 2012. 
Keterlibatan Erick dalam dunia olahraga juga terwujud di level klub. Dia merupakan pemilik klub bola basket Satria Muda. Pada Oktober 2011, dia melakukan investasi berani dengan membeli mayoritas saham klub bola basket yang berlaga di kompetisi NBA, Philadelphia 76er, bersama Jason Levien. Levien sebelumnya pernah menjabat sebagai CEO klub NBA Memphis Grizzlies. Investasi tersebut melambungkan nama Erick dalam dunia bisnis internasional. Handy Soetedjo pun kemudian turut memiliki kepemilikan saham di 76ers. Antara bulan Juli dan Agustus 2013, Thohir dan Soetedjo menjual saham mereka di klub tersebut.
Pertengahan 2012 Erick kembali melakukan gebrakan dengan menjadi pemilik saham klub Major League Soccer, DC United, bersama Levien. Tak terhenti dengan memiliki klub yang berbasis di Amerika Serikat, Erick kemudian membeli Inter Milan. Inter dibeli melalui International Sports Capital, sebuah perusahaan yang terdaftar di Hong Kong. Thohir memiliki 51% saham perusahaan tersebut, sedangkan Rosan Roeslani dan Handy Soetedjo masing-masing memiliki 24,5% saham. Erick resmi menjadi Presiden Klub Inter Milan pada 15 November 2013, menggantikan Massimo Moratti. Moratti sendiri kemudian menjadi Presiden Kehormatan Inter Milan.

Target Besar
Dalam mengembangkan Inter Milan, Erick memiliki target besar ‘Il Presidente’ ingin klub berjulukan Nerazzurri tersebut kembali menjadi salah satu dari 10 klub terbaik di dunia, bersanding dengan klub-klub macam Real Madrid, Barcelona, atau Bayern Muenchen. 
“Inilah yang menjadi keinginan saya, target saya. Saya ingin mengembalikan kejayaan Inter Milan, menjadikan klub ini salah satu klub terbaik di dunia,” ujar Erick.
Agar tercapai, ada beberapa cara yang dilakukan. Untuk terus memperluas basis pendukung Inter secara internasional, tim tersebut tak segan melakukan tur pra musim ke berbagai negara di dunia. Langkah ini tadinya hanya dilakukan tim-tim Liga Inggris dan Liga Spanyol, namun kini klub-klub Liga Italia pun melakukannya. 
“Pengembangan Liga Italia di banyak negara sudah mulai agresif. Tadinya, banyak klub-klub Italia yang puas bila basis pendukung mereka sudah mantap di dalam negeri. Kini, ada upaya untuk mengembangkan basis fans di negara lain. Kita lihat bagaimana Inter maupun AC Milan main di Amerika, Juventus main di Australia,” kata Erick. 
Kebutuhan untuk mengembangkan basis pendukung semakin dibutuhkan karena kondisi finansial di Italia sedang tidak bagus akibat krisis ekonomi berkepanjangan di Benua Biru. Tak hanya Inter yang berganti pemilik, klub besar lainnya seperti AS Roma yang tadinya dimiliki keluarga Sensi, kini pindah tangan menjadi milik pengusaha asal AS, James Palotta. 
Tentunya, prestasi hal terpenting untuk mengemas sebuah klub menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Tak heran bila kemudian Inter mendatangkan beberapa pemain baru. Di transfer window musim dingin Desember lalu, Inter melakukan pembelian Hernanes dan Danilo D’Ambrosio. Musim panas ini, beberapa pemain berkarakter direkrut, seperti bek sayap Dodo, gelandang bertahan Yann M’Villa dan Medel, serta bek tangguh Nemanja Vidic dan striker Pablo Osvaldo. 
Kebutuhan pemain baru yang berkarakter sangat dibutuhkan mengingat Inter tidak lagi diperkuat sejumlah punggawa seniornya. Pada akhir musim 2013/2014 lalu, (mantan) Kapten Javier Zanetti telah menyatakan pensiun setelah membela tim ‘Nerazzurri’ dengan loyal selama belasan musim. Para mantan kompatriot Zanetti di Inter dan tim nasional Argentina seperti Diego Milito, Esteban Cambiasso, dan Walter Samuel, dilepas klub karena performa mereka sudah menurun akibat faktor usia.
“Kita memang butuh pemain yang mentalnya kuat karena Liga Italia meru-pakan salah satu liga yang tersulit di dunia. Di Spanyol ada dua sampai tiga tim yang bersaing. Di Prancis ada PSG, di Jerman ada Muenchen. Di Inggris juga telah mengerucut hanya empat sampai lima tim kuat yang bersaing. Sedangkan di Italia berbeda, ada sekitar tujuh tim dengan kekuatan yang tak jauh berbeda yang bersaing meraih scudetto,” tutur Erick. 
Pembelian pemain baru Inter, jelas Erick, mungkin tidak seheboh yang dilakukan klub-klub Spanyol atau Inggris yang memecahkan rekor pembelian demi mendapatkan pemain bintang. Namun, pemain yang didatangkan memang dibutuhkan dan memiliki karakter yang sesuai dengan tim. Baginya, yang terpenting suasana tim terjaga, prestasi pun bisa diharapkan menyusul. Keinginan untuk menjadikan Inter kembali sebagai salah satu ‘raja’ Eropa pun dapat tercapai. 

Tags: #TommyWinata #TomyWinata #TomiWinata

No comments:

Post a Comment