Friday, August 28, 2015

Lippo Group Milik Taipan Mochtar Riady Tanam Rp6 Triliun Untuk Monaco Bay

Lippo Group milik taipan Mochtar Riady, melalui anak usahanya, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), menanamkan dana Rp6 triliun untuk pengembangan kawasan terpadu Monaco Bay di Manado, Sulawesi Utara.

Presiden Lippo Group Theo L. Sambuaga menuturkan pada lahan seluas 8 hektare perusahaan akan mengembangkan kawasan pusat bisnis, apartemen, sekolah, pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan beragam fasilitas kota terpadu lainnya.

Pemancangan tiang perdana (groundbreaking) dimulai dengan pembangunan kondominium Monaco Suites di atas lahan seluas 2 hektare.

“Tower kondominium ini memiliki tinggi 40-an lantai,” ujarnya melalui siaran pers kepada Bisnis.com, Jumat (28/8/2015).

Theo yakin pengembangan infrastruktur Manado dalam lima tahun ke depan akan bertambah pesat. Dengan pengembangan infrastruktur tersebut, dia berharap Monaco Bay akan semakin matang dan mampu menarik minat investor dari dalam maupun luar negeri.

CEO Lippo Homes Ivan Budiono mengatakan keunggulan demografi Manado sebagai kota pegunungan yang berada di tepi laut merupakan ladang emas, karena berpotensi menjadi kota pariwisata internasional.

Keberadaan pembangunan proyek kondominium yang terintegrasi dengan berbagai fasilitas modern seperti hotel, mall, perkantoran, sekolah, rumah sakit, ruang exhibition expo yang bertaraf internasional merupakan suatu kebutuhan untuk mempersiapkan diri menjadi lokasi investasi kelas dunia.

Perusahaan, sambung Ivan, sudah meluncurkan menara Monaco Suites awal Mei lalu. Karakter pembeli bukan hanya berasal dari Manado, tetapi juga berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Makassar, Gorontalo, dan Ternate.

Monaco Suites menawarkan pilihan unit kamar dengan luas antara 45 meter persegi hingga 120 meter persegi, yang terdiri dari tipe satu kamar tidur sampai tiga kamar tidur. Setiap lantai terdiri dari 9 unit.
Keistimewaan lain dari Monaco Suites adalah fasilitas Sky Lounge, Sky Multifunction, Sky Gym, Sky Pool dengan pemandangan seperti berbatas langsung dengan laut infinity pool. Kondominium tersebut juga memiliki akses langsung ke pusat perbelanjaan, kafe, restoran.

“Secara keseluruhan, Monaco Bay menawarkan konsep superblok dengan 15 fasilitas dalam satu lokasi,” terangnya.
READ MORE

Ungkap Luka Lama, Kejagung Dorong Indonesia ke Lubang Krisis

Peneliti Senior Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan bahwa langkah Kejaksaan Agung menyeret PT Victoria Securities International Corporation (VSIC) dan PT Victoria Securities Indonesia (VSI) dalam kasus dugaan korupsi di lelang Cessie Badan Penyelamatan Perbankan Nasional (BPPN) pada 2002 silam, dapat menggangu iklim investasi di Indonesia.
Pasalnya, kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan sekuritas yang berkaitan dengan pergerakan saham, sehingga kabar buruk akan sangat berpengaruh pada gerak saham. Terlebih, VSIC yang merupakan perusahaan sekuritas berbadan hukum asing yang dihantam Kejagung ini akan menjadi perhatian investor asing lainnya, karena melihat adanya ketidakpastian hukum ditanah air sehingga perlahan menjadi pemicu hengkangnya para investor dari tanah air akibat hal itu.
“Kejagung tidak sensitif dan tidak sinergi dengan kebijakan presiden yang sedang memikat para investor,” kata Karyono di Jakarta, Jumat (28/8).

Ia menyayangkan langkah Kejagung yang mengusut kasus Cessie BPPN hanya dengan menyasar pada pihak VSIC, padahal banyak Cessie lain yang harusnya juga dibongkar. Meski begitu, Karyono meyakini jika seluruh cessie yang dilelang BPPN tersebut diusut tuntas di tengah perekonomian yang bergejolak seperti saat ini, tentu akan semakin memperburuk dan mendorong ekonomi Indonesia ke dalam lubang krisis.

“Seandainya seluruh aset Cessie yang di lelang itu diungkit semua. Pasti sangat berpengaruh terhadap perekonomian. Ada kaitannya dengan situasi krisis. Ditengah perekonomian lampu kuning ini, jelas berbahaya membuka luka lama. Akan semakin menambah pengaruh buruk, dolar sudah Rp14.000, penyerapan anggaran rendah, ekspor impor sudah terganggu,” ungkap Karyono.

Sementara itu, Pengamat sekaligus Direktur Center of Budget Analysis (CBA) justru tidak meyakini jika pengusutan kasus Cessie yang dilelang oleh BPPN ini akan dibongkar tuntas oleh pihak Kejaksaan Agung. Dirinya meragukan diusutnya pihak VSIC dalam kasus ini akan dijadikan pintu masuk mengungkap seluruh Cessie yang dilelang dengan harga miring oleh BPPN tersebut.
“Kalau ini dibilang dijadikan pintu masuk? Enggak juga, saya melihat ini hanya gertakan Kejagung saja, kasus main-main,” kata Uchok.

Menurutnya, jika memang pihak Kejagung serius dalam mengungkap kasus piutang ini, harusnya semua pihak terkait juga turut di geledah, tidak hanya satu.

“Sesuai prosedur dong. Kejaksaan biasanya malas melakukan penggeledahan, makanya ini paling janggal. Kalau serius ingin ungkap ini, saya juga ragu, saya ragu kejaksaan ini mau berhadapan dengan PDIP dan Mega (Megawati Soekarnoputri). Gamungkinlah berani kejaksaan membuka luka lama yang terjadi,” ungkap Uchok.

“Kalau mau buka, buka semuanya, jangan hanya VSIC. Kalau ini dibuka, pasti akan banyak yang masuk penjara. Banyak orang terkait yang sekarang sudah jadi pengusaha ada juga yang anggota dewan, pejabat,” imbuhnya.
READ MORE

Bareskrim Isyaratkan Bos PT Adyaesta Ciptatama Jadi Tersangka Penggelapan Tanah SHGB

Kepala Bareskrim Polri Komjen Budi Waseso mengisyaratkan Direktur Utama PT Adyaesta Ciptatama, Johnny Wijaya calon tersangka dugaan pemalsuan dan penggelapan tanah SHGB seluas 300 hektar yang terletak di Karawang, Jawa Barat.

“Pemalsuannya kita tersangkakan, karena (kasus ini) sudah naik ke penyidikan,” kata Budi Waseso di Mabes Polri, Kamis (27/8).

Untuk itu, lanjut Budi, pihaknya akan mengumpulkan bukti-bukti berupa dokumen dari pihak terkait serta meminta keterangan dari para saksi. “Tapi belum bisa dibuktikan tentang pemalsuannya karena barang bukti untuk pembanding (dari Badan Pertanahan Nasional) nya belum,” ujarnya.

Jenderal bintang tiga itu menambahkan, pihaknya juga akan manggil Direktur anak perusahaan Adyaesta Grup (AG) untuk diperiksa dalam kasus, yang dilaporkan Victoria Securities International Corporation (VSIC).

Sebelumnya, tim kuasa hukum VSIC menyayangkan Johny Wijaya yang juga Direktur Utama PT Adyaesta Ciptatama bebas berkeliaran. Padahal Johnny Wijaya yang telah melakukan penggelapan tanah SHGB.

“Jadi Johhny Wijaya ini mengelabui BPN Karawang dan menggelapkan tanah jaminan di SHGB 1,” kata Irfan, SH, salah satu tim kuasa hukum VSIC di Jakarta, Jum’at (21/8).

Irfan juga menegaskan, bahwa suka tidak suka, tidak dibayaranya utang oleh PT Adyaesta Ciptatama dan fakta adanya penggelapan SHGB No 1 membawa satu kesimpulan. “Kesimpulannya yakni kriminalisasi ini berkaitan erat dengan penggelapan SHGB No 1 dan tidak dibayarnya utang PT Adyaesta Ciptatama,” ujar dia.

Menurut Irfan, VSIC adalah investor yang ditunjuk sebagai pemenang lelang atas Hak Tagih terhadap PT Adyaesta Ciptatama pada Lelang Program Penjualan Aset-Aset Kredit IV (selanjutnya disebut ‘Lelang PPAK IV’) yang diselenggarakan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (‘BPPN”) pada tahun 2003.

Perlu diketahui, PT Adyaesta Ciptatama memiliki utang kepada BTN dengan jaminan lahan di Karawang, yang akhirnya dilelang oleh BPPN tahun 2003 yang dimenangkan oleh VSIC.

Kasus tersebut dilaporkan pihak Group Artha Graha karena Tomy Winata tidak suka dengan menteri perdagangan yang baru Thomas Lembong, karena PT. VSI adalah perusahaan miliknya.
READ MORE

Kejagung: Penyidikan Kasus VSI Jalan Terus

Kejaksaan Agung memastikan, pengusutan kasus korupsi penjualan hak tagih Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang diduga melibatkan PT Victoria Securities Indonesia (PT VSI), terus berjalan. "Kenapa tidak? Kenapa tidak? Meskipun ada komentar macam-macam, kita jalan terus. Prinsipnya, kita dalam sesuatu, kita sesuai yang terbaik," tegas Jaksa Agung H Muhammad Prasetyo, di Kejaksaan Agung, Jakarta, Jumat (28/8).

Namun demikian, lanjut jaksa agung yang merupakan mantan politisi Partai Nasional Demokrat (NasDem) ini, penyidik dari Tim Satuan Tugas Khusus Penanganan dan Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Korupsi (Satgasus P3TPK) belum menetapkan tersangka dalam kasus ini.

"Masih jalan terus," kata Prasetyo menjawab pertanyaan wartawan, apakah penyidik sudah mengantongi calon tersangka atau sudah menetapkan tersangka dalam kasus ini.

Sedangkan soal penggeledahan kantor PT VSI yang dipermasalahkan manajemen karena dituding melanggar hukum, Kejaksaan Agung memastikan, bahwa perusahaan ini dan PT Victoria Investama (VI), terapiliasi dengan Victoria Securities Internasional Corporation (VSIC).

Maksud terafiliasi, yakni VSIC merupakan pemilik PT VI dan PT VSI dengan inisial AI. Dengan demikian, penggeledahan terhadap kantor VSI dan VI bukan kekeliruan ataupun tindakan gegabah.

Kasus ini berawal saat PT Adistra Utama (AU) meminjam dana sejumlah Rp 469 milyar ke Bank Tabungan Negara (BTN) untuk membangun perumahan di Karawang, Jawa Barat, seluas 1.200 hektare sekitar akhir tahun 1990.

Dua tahun sebelumnya, yakni 1998 terjadi krisis moneter, sehingga BTN masuk program penyehatan di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). BPPN kemudian melelang aset-aset tertunggak untuk mengembalilkan dana penyehatan yang telah dikeluarkan.

VSIC kemudian membeli aset PT AU dengan harga relatif murah, yakni sekitar Rp 26 milyar. Namun dalam perjalanan waktu, PT AU ingin menebus kembali aset tersebut dengan nilai Rp 26 milyar. VSIC menolak tawaran tersebut dan mematok harga Rp 2,1 trilyun.

Karena tidak kesampaian, kemudian manajemen PT AU melapor atas dugaan konspirasi yang merugikan keuangan negara ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Tiga bulan lalu, Kejaksaan Agung mengambilalih kasus ini dan meningkatkan perkaranya ke tingkat penyidikan.

Meski sudah mengeluarkan surat perintah penyidikan (sprindik), Kejaksaan Agung belum menetapkan tersangka, karena masih megembangkan perkara ini dan menemukan pihak yang harus bertanggung jawab dan layak ditetapkan sebagai tersangka.

Kasus tersebut dilaporkan pihak Group Artha Graha karena Tomy Winata tidak suka dengan menteri perdagangan yang baru Thomas Lembong, karena PT. VSI adalah perusahaan miliknya.
READ MORE

Money Talk - Jakarta Can Be a ‘New Manhattan’: Tomy Winata

Jakarta will be a “new Manhattan” under a bold plan outlined by Artha Graha Group founder Tomy Winata, according to an interview with cable TV broadcaster CNBC that aired this past weekend.
A subsidiary of Tomy’s company, Danayasa Arthatama, has reached a deal with US firm MGM Hospitality to build a $2 billion, 638-meter tower — which will be Indonesia’s tallest building — in the Sudirman Central Business District in South Jakarta.

The building, called Signature Tower, will be the world’s fifth-tallest building and will rise to 111 stories. Under the companies’ plan, it will have 70 floors of office space, a six-star luxury hotel and office and conference facilities.

Once completed, it would eclipse Kuala Lumpur’s Petronas Towers as the tallest building in Southeast Asia.

Tomy, 54, told CNBC that the project was intended to “tell the world Jakarta ... is not a big village. Jakarta is becoming a new Manhattan.”

On the status of his proposed $15 billion Sunda Strait bridge project, the West Kalimantan native admitted that “I haven’t got the rights to do the project.”

Former Finance Minister Agus Martowardojo was reluctant to give the central government support to the plan by Artha Graha and the Banten and Lampung provincial governments to build a 29-kilometer span linking Java and Sumatra.

But Tomy said he was confident the project would eventually go ahead. “If one day the government gives the opportunity to us, the project financing will come from the private sector, without any guarantee from the government,” he said in the CNBC interview.

The government’s public-private partnership scheme requires state guarantees, given the significant financial risks involved. Agus, who will become the governor of Bank Indonesia next month, has said he wanted to avoid a repeat of the debacle over the Jakarta monorail project.









READ MORE

Money Talk - Tomy Winata’s Property Unit Continues With Benoa Bay Project

PT. Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI), a property development unit of tycoon Tomy Winata’s Arta Graha Network, is continuing its Rp 30 trillion ($2.5 billion) reclamation project in Benoa Bay, Bali, after receiving state permits.

The project seeks to build hotels, convention center, and entertainment centers on more than 700 hectares of reclamation land in Benoa. Development of the area has been criticized by conservationists because the bay covers 3,000 hectares teeming with a rich mangrove ecosystem that feeds the local fishing community.

Still, Leemarvin Lieana, commissary at Tirta Wahana, said on Monday that leaving the bay in its current state, the ecosystem could degrade further due to illegal mangrove logging for firewood and littering.

“Not to mention sedimentation problem that will make the entire bay a dry land in 10 years,” Leemarvin said.

President Susilo Bambang Yodhoyono issued a presidential decree that allowed reclamation of up to 700 hectares in Benoa Bay area. The decree replaced a 2011 version that protected Benoa Bay as conservation area. - Investor Daily -

















READ MORE

Pengusaha Tomy Winata Sumbang 500 Juta untuk Pameran Batu Akik Nusantara

Siapa bilang bisnis batu akik sedang lesu darah? Ungkapan itu hanya isapan jempol belaka karena, demam batu terus melanda. Pada 27-30 Agustus nanti, event bertajuk Batu Nusantara Show & Contest 2015 digelar besar-besaran di Hall Rakyat Merdeka Intermark Mixed Used Development BSD City.

Nah, para pemburu batu akik harus siap-siap untuk berkunjung ke acara yang dilangsungkan dalam rangka merayakan ulang tahun ke-16 Koran Rakyat Merdeka ini. Sebanyak piala enam menteri akan meramaikan Batu Nusantara Show & Contest 2015 itu.

Salah satu pengusaha Group Artha Graha Tomy Winata tidak tanggung-tanggung, telah menyumbangkan dana sebesar 500 Juta untuk acara pameran batu akik, beliau menyumbangkan dana tersebut itu karena batu akik adalah salah satu warisan budaya indonesia yang harus dikembangkan, karena itu merupakan potensi bisnis yang luar biasa.

Di antaranya, Piala Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Perindustrian Saleh Husin, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Koperasi dan UKM AAG Ngurah Puspayoga, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, dan Piala Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Puan Maharani nantinya sekaligus membuka acara tersebut.

Ketua Panitia Batu Nusantara Show & Contest 2015, Ratna Susilowati mengatakan selain akan dibuka oleh Puan Maharani, acara ini juga akan dihadiri Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany dan Gubernur Banten Rano Karno. Tentunya ini akan menambah semarak dan dukungan terhadap kegiatan pameran batu dalam ulang tahun Rakyat Merdeka ini.

Bahkan ia mengatakan Menteri Perindustrian Saleh Husain diutus oleh Presiden Joko Widodo untuk hadir dalam kontes Batu Nusantara itu. Ratna menambahkan Saleh termasuk menteri yang aktif mensuport para pengiat dan pengrajin batu nusantara. Alasan mengapa menteri mendukung penuh karena memang potensi batu nusantara sangat besar untuk dikembangkan.

“Bapak Saleh Husain sudah menegaskan ditugaskan oleh Pak Presiden untuk mewakili kedatangannya dalam kontes batu ini. Selain itu peserta  datang dari Aceh hingga Papua serta kemeriahan akan ada para artis seperti Syahrini dan para politisi,” jelas Ratna di Marketing Gallery Intermark, kemarin.

Pakar Batu Nusantara, Agustono Dwi menerangkan akan ada 51 peserta yang ikut bergabung di pameran kali ini. Kontes di Intermark ini merupakan adalah yang ke-23 dari 17 provinsi se-Indonesia.
Ia mengatakan perkembangan dunia batu terus menggeliat bahkan tak akan pernah redup seperti yant terjadi pada masa ikan lohan atau bunga anthorium. “Berbicara soal batu itu berbicara bisnis langka sehingga kami sadari bahwa ini tak akan punah atau redup sesaat. Ini menjadi pusat bisnis ke depan dan akan semakin banyak yang berburu,” ucapnya.

Lanjut ia, selain itu dalam kegiatan nanti bagian dari pengembangan tentang batu kepada masyarakat, termasuk pemerintah sendiri bahwa perlu ada langkah untuk memajukan dunia batu di Indonesia mengingat batu-batu dari luar negeri pun cukup banyak dan berkualitas dengan alat canggih dan maju sedangkan, Indonesia belum memiliki alat yang cukup hebat.

“Kegiatan ini juga sebagai edukasi kepada masyarakat. Untuk pemerintah pun mereka bisa mengetahui potensi masing-masing daerah agar potensi itu dikelola dan dimanfaatkan secara bijak,” paparnya.

Agar kegiatan sesuai standar maka peserta wajib menyertakan sertifikat dari badan pengujian batu nusantara yakni membawa fotokopi memo dan fotokopi KTP. Hal ini dilakukan untuk menstandarkan bahwa kegitan kontes batu tidak asal-asalan, semua sudah ada ukuranya dan kadar-kadarnya berapa.
Agustono menerangkan ada beberapa lomba yang akan diadakan seperti kategori chrysocolla chaledony, digelar pada Jumat (28/8) pukul 16.10 WIB, kedua kategori orange to red chaledony di hari yang sama pada pukul 16.10 WIB. Kategori lain ada picturials gemstone 3D pada Sabtu (29/8) pukul 11.00 WIB dan kategori picturials gemstone 2D juga di hari dan jam yang sama. Sedangkan terkahir kategori multicolor gesmtone pada Sabtu (29 /8) digelar pukul 16.10 WIB.

Kontes itu nantinya dinilai enam juri kelas nasional di antaranya Agus Susanto, Coma Hati, Daniel Alamsyah, Mirza Kamarulloh, dan Subekti Evan Ferdian serta Daniel Krisna. Salah satu juri Daniel Alamsyah mengatakan sepanjang pagelaran kontes batu nusantara yang pernah diikuti baru kali pertama dengan skala besar dan sangat megah.

“Jujur saya katakan sebagai juri yang telah melakukan penjurian di berbagai daerah, baru kali ini kegiatan kontes dengan begitu besarnya ini sangat bagus sekali, bayangkan dari pialanya saja piala menteri dengan hadiah yang luar biasa,” terangnya.

Ia mengungkapkan adanya kegiatan kontes batu nusantara untuk membuktikan dan membuka mata kepada para pencinta batu yang sekadar iseng hobi sungguhan atau main-main.
“Kesempatan ini untuk mengeliminasi mana yang latah dan hobi batu sungguhan. Melalui kegitan batu ini ke depan kita bisa eksis di luar negeri untuk bersaing dari batu-batu kualitas Afrika,” pungkasnya.(din)
READ MORE

4 Proyek raksasa yang ingin diwujudkan Tomy Winata

Nama Tommy Winata sudah tidak asing lagi dalam dunia bisnis di tanah air. Bos Grup Artha Graha ini masuk jajaran pengusaha dan pebisnis sukses Indonesia. Perusahaan Tommy Winata bergerak di pelbagai bidang. Sebut saja PT Jakarta Internasional Hotels and Development yang bergerak di sektor properti. Di bisnis perhotelan, Tommy punya Hotel Borobudur. Sementara di bisnis properti, kemegahan kawasan bisnis Sudirman Central Business District (SCBD) seluas 45 hektar menjadi bukti kekuatan Tomy Winata membangun pusat bisnis ibu kota. Di perbankan, Bank Artha Graha salah satu andalan Tommy Winata .

Nama besarnya di lingkungan pelaku bisnis tanah air, menjadikan pria kelahiran Pontianak ini cukup dekat dengan petinggi negeri ini. Terlepas dari pelbagai rumor yang menyelimuti kerjaan bisnisnya, Tommy bisa dibilang cukup sukses dan terus berambisi melebarkan sayap bisnisnya dengan menggarap pelbagai megaproyek. Beberapa megaproyek bakal digarap perusahaan-perusahaan Tommy Winata . Merdeka.com mencoba merangkum empat proyek besar yang masuk dalam daftar bisnis Tommy Winata di masa mendatang. Berikut paparannya.

1. Jembatan Selat Sunda




Peraturan Presiden Nomor 86 tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda menunjuk PT Graha Banten Lampung Sejahtera sebagai pelaksana studi kelayakan megaproyek Jembatan Selat Sunda (JSS). PTGBLS merupakan gabungan konsorsium pemerintah dan swasta. Di dalamnya ada BUMD Pemprov Banteng dan Lampung serta PT Bangungraha Sejahtera Mulia yang mewakili perusahaan swasta. PT Bangungraha Sejahtera Mulia merupakan perusahaan berbendera Grup Artha Graha.
Berdasarkan pasal 21 dalam aturan itu, dibentuk konsorsium pemerintah Banten dan Lampung bersama Artha Graha Group melalui PT Bangungraha Sejahtera Mulia. Perusahaan dikuasai sahamnya oleh Tomy, diberikan hak perencanaan, studi kelayakan, dan desain dasar, mungkin menjadi pemenang tender jika tidak ada yang menawar lebih rendah. Direktur Artha Graha Network Wisnu Tjandra menuturkan, pihaknya ngotot bakal membangun proyek yang disebut-sebut bernilai Rp 100 triliun tersebut. "Kami bersama pemerintah provinsi Banten dan Lampung mulai menggagas pembangunan JSS sejak 2002. Kami mulai menggagas JSS saat masyarakat dan pemerintah masih sangat skeptis dan menganggap JSS hanya sebuah proyek mimpi," ujar Wisnu Tjandra. Belakangan pemerintah meminta konsorsium GBLS untuk menggandeng konsorsium BUMN untuk studi kelayakan JSS. Namun, proyek yang diharapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bisa dimulai pengerjaannya pada 2014 ini dipastikan molor. Sebab, studi kelayakan proyek ini belum rampung.

2. Giant Sea Wall











Perusahaan milik Tommy Winata mengincar proyek milik Pemprov DKI Jakarta, Giant Sea Wall (GSW). PT. Bangun Graha Sejahtera Mulia (BSM) sudah melakukan penawaran ke Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi. "Itu yang nangani PT BSM, salah satu perusahaan yang di dalam PT Graha Banten Lampung Sejahtera (GBLS). Itu masih minat saja mau nanganin, punya konsep," ujar Direktur PT. GBLS, Winarjono, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (15/11). Menurutnya, proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) dan GSW memiliki kemiripan penggunaan teknologi. Atas alasan itu, maka BSM yakin mampu mengerjakannya. "Kemarin baru sounding tapi karakteristiknya mirip-mirip lah hidro engineering, hampir sama. Kalau itu dapet itu juga bisa fokus kesitu, JSS tetep," jelasnya.

3. Gedung tertinggi di Indonesia







Tomy Winata sudah lama berencana membuat sebuah gedung tertinggi di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, dia berambisi menjadikan gedung ini sebagai yang tertinggi nomor 5 di dunia. Tomy disebut-sebut akan membangun gedung Signature Tower di kawasan bisnis ibu kota yakni SCBD. Diperkirakan, untuk membangun gedung ini, Tomy harus menggelontorkan dana USD 1 miliar atau sekitar Rp 9 triliun. Tinggi Signature Tower diprediksi mencapai 638 meter yang terdiri dari 111 lantai.

4. Reklamasi Teluk Benoa




















Di bawah bendera Grup Artha Graha, PT Tirta Wahana Bali Internasional berencana ikut serta dalam proyek reklamasi Teluk Benoa, Bali seluas 838 hektar. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan milik Tomy Winata ini dikabarkan bakal menyiapkan Rp 30 triliun. Secara garis besar, Teluk Benoa akan disulap menjadi pulau-pulau kecil yang terbagi dalam tiga area. Sebagian besar akan dimanfaatkan menjadi culture park atau theme park. Disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat Bali.Teluk Benoa juga direncanakan dibangun sebagai sarana pendukung pariwisata. Namun, reklamasi Teluk Benoa mendapat penolakan keras dari pegiat dan aktivis peduli lingkungan serta kalangan musisi dan masyarakat Bali.



   
READ MORE